Rabu, 03 Maret 2010

Renungan Malam Pertama


Tuk merenungkan indahnya malam pertama, tapi bukan malam penuh kenikmatan duniawiah semata
Bukan malam pertama masuk ke peraduan Adam dan Hawa
Justru malam pertama perkawinan kita dengan Sang Mauuut......

Sebuah malam yang meninggalkan isak tangis sanak saudara
Hari itu, mempelai sangat dimanjakan
Mandipun…harus dimandikan
Seluruh badan kita terbuka
Tak ada sehelai benangpun menutupinya, tak ada sedikitpun rasa malu…
Seluruh badan digosok dan dibersihkan
Kotoran dari lubang hidung dan anus dikeluarkan
Bahkan lubang – lubang itupun ditutupi kapas putih…
Itulah sosok kita… Itulah jasad kita waktu itu

Setelah dimandikan…,
Kitapun kan dipakaikan gaun cantik berwarna putih
Kain itu, jarang orang memakainya
Karena bermerk sangat terkenal bernama Kafan
Wewangian ditaburkan ke baju kita…
Bagian kepala, badan, dan kaki diikatkan
Tataplah, tataplah, itulah wajah kita

Keranda pelaminan langsung disiapkan
Pengantin bersanding sendirian…
Mempelai di arak keliling kampung bertandukan tetangga
Menuju istana keabadian sebagai simbol asal usul kita
Diiringi langkah gontai seluruh keluarga
Serta rasa haru para handai taulan

Gamelan syahdu bersyairkan adzan dan kalimah kudus
Akad nikahnya bacaan talkin
Berwalikan liang lahat
Saksi-saksinya nisan-nisan yang tlah tiba terlebih dahulu
Siraman air mawar pengantar akhir kerinduan
dan akhirnya…
Tiba masa pengantin
Menunggu dan ditinggal sendirian…
Tuk mempertanggungjawabkan seluruh langkah kehidupan kita di dunia

Di kamar bertilamkan tanah
Dan ketika 7 langkah telah pergi…
Kitapun kan ditanyai oleh sang Malaikat…
Kita tak tahu apakah akan memperoleh Nikmat Kubur ataukah kita kan memperoleh Siksa Kubur

Kita tak tahu…dan tak seorangpun yang tahu
Tapi anehnya kita tak pernah galau ketakutan
Padahal nikmat ataukah siksa yang kan kita terima?
Kita sungkan sekali meneteskan air mata…
Seolah barang berharga yang sangat mahal…

Dan Dia Kekasih itu,
akan menetapkan bagi kita, nikmat atau siksa!

Tentunya kita berharap menjadi ahli syurga…
Tapi... tapi, sudah pantaskah sikap kita selama ini?
Untuk disebut sebagai ahli syurga ???

Akhii/Ukhtii… mohon maaf…jika malam itu aku tak menemanimu
Bukan aku tak setia
Bukan aku berkhianat

Tapi itulah ketetapan-Nya tentang hidup dan kehidupan kita
Tapi percayalah, insyaAllah... aku akan mendo’akan kalian selalu…
Karena aku sungguh menyayangimu…
Rasa sayangku padamu lebih dari apa yang kau duga
Aku berdo’a… semoga kau senantiasa mendapatkan ridlo-Nya, Amien...

Akhii/Ukhtii…, jika ini adalah bacaan terakhirmu
Jika ini adalah renungan peringatan dari Kekasihmu Ambillah hikmahnya!
Tapi jika ini adalah salahku, maafkan aku
Terlebih jika aku harus mendahuluimu
Ikhlaskan dan maafkan seluruh khilafku
Yang jelas pernah menyakiti atau mengecewakanmu…

Kalau tulisan ini ada manfaatnya…
Silakan di print out dan kau simpan sebagai renungan…
Siapa tahu… suatu saat kau ingat padaku
Dan…aku tlah di alam lain…

Satu pintaku padamu…
Tolong do’akan aku…

0 komentar: