Jumat, 23 April 2010

Kekasih yang Tercinta

Ketika tanganku mengukir sebuah keramik, pikiranku melayang-layang. Berharap suatu hari sesosok kekasih datang untuk mengisi rindu keramik dan pemahatnya. Kini sudah waktunya aku menahan kendali penaku, aku ingin berbincang dengan sang kekasih di maulid ini sebentar saja.

Salam dariku kekasih Allah, yang dijaga kesucian hatinya, yang memancar cahaya di wajahnya, yang tercium dari kata-katanya wangi surga, yang begitu agung dan dimuliakan.
Wahai baginda junjuangan alam, habibana wa Nabiyyana: assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Kasih, bagaimana kabarmu?. Adakah kau masih menahan lapar untukku, untuk kami, ummat-ummatmu di masa depan?. Apakah kau masih mencintai kami padahal kami telah sama sekali tak menghargai penderitaan dan caci maki yang kau jalani demi kebahagiaan kami?.

Pujaan hati, tentu kini kau tengah menikmati kebahagiaan tiada tara atas jamuan Allah. Tentu kau tak lagi menjalani hari-hari penuh caci maki dan lemparan batu seperti dulu, tentu kau tak lagi menahan lapar, tentu kau tak lagi memakai baju berkain tipis yang kau tambal sendiri. Tentu kau tengah menyaksikkan kami dari singgasana surgawi di sisi Allah. Kau tengah menyaksikan kami abai dan melupakan semua perngorbanan yang telah kau lakukan untuk kami. Tentu kau tengah melihat kami tak mengingatmu lagi. Maka izinkanlah aku meminta maaf karena semua itu.

Kasih, izinkan aku – kami – untuk kembali belajar mencintai sepenuh hati. Izinkanlah aku untuk mengenang seluruh pengorbananmu.

Habibana… aku mengajakmu berbincang ini karena kegelisahanku pada diriku sendiri. Kegelisahan yang datang setelah meresapi seluruh makna pengorbanannmu untukku. Kini, ternyata aku telah sia-siakan dengan tak mengikuti kata-katamu dan seluruh petunjukmu. Kegelisahan yang datang dan mengendap merasuki seluruh kapiler rasa di tubuhku, memasuki sistem limbik dan amigdala, membuatku tak kuasa untuk tak berterimakasih padamu, menangis padamu dan bersholawat untukmu.

Jika telah banyak ummatmu yang berpaling darimu, jika telah banyak ummatmu yang tuli pada semua kata-katamu, jika telah banyak umatmu yang menyengaja diri kembali pada ke-jahiliyah-an yang kau kutuk sebagai noda zaman itu, jika telah banyak ummatmu yang ingkar kepada Allah dan kepadamu, aku tak ingin menjadi bagian dari mereka. Kasih, aku ingin tetap berada di belakangmu, setia, sempurna menjadi pengikutmu sampai kapan pun. Tapi pantaskah aku, pujaan hati? Pantaskah aku?

Rinduku, maafkan aku jika nyatanya aku selama ini tak kuhargai seluruh pengorbananmu berabad-abad lalu yang menyebabkan kau dicaci maki, diasingkan, diperangi, dinistakan untukku, untuk kami. Untuk ummatmu. Maafkan aku jika selama ini aku justru tenggelam dalam fatamorgana dunia, melupakan semua yang telah kau berikan, lalai pada semua yang telah kau peringatkan dan berpaling dari semua yang telah kau ajarkan untuk tunduk patuh kepada Allah. Maafkan aku.

Jika tiada maaf yang pantas untukku karena telah menyengajakan diri kembali pada kegelapan dan berpaling dari jalan kau bimbing, biarkan aku memujimu dalam sanjungan sholawat. Jika tiada maaf lagi bagiku, izinkanlah aku menjadi orang yang mendoakanmu walau ku tahu kau telah diselamatkan oleh Allah, tolong izinkan supaya aku sempat tercatat dalam amalku sebagai rasa terimakasih dan permohonan maafku kepadamu, duhai cahaya diatas cahaya yang senantiasa ku rindu.

Betapa jarak aku denganmu, kasih?. Begitu kufurnya aku terhadap nikmat yang sedang ku kecap selama ini, betapa irinya aku denganmu yang selalu pandai mensyukuri apa yang kau nikmati meskipun terlalu sedikit. Sementara aku selalu meminta tanpa pernah bersyukur. Betapa jarak aku denganmu, kasih?

Pujaan hati, berapakah jarak yang harus ku tempuh untuk mendekati maqam keagungan akhlaq dan kesucian hati yang surgawi sepertimu? Mampukah aku untuk sampai pada tempat itu, tempat yang begitu dekat denganmu? Melepas dahaga rindu yang mencekam padamu…

CINTA


Mencitai, dicintai adalah fitrah manusia. Setiap insan di dunia akan merasakannya! Indah, ceria, kadang merana itulah rasa cinta. Berlindunglah pada Allah dari cinta palsu, yang melalaikan manusia hingga berpaling dari-NYA, menipudaya dan melenakan.
Sadarilah wahai kawan, CINTA adalah karunia-Nya yang harus dijaga dengan sempurna. Resah menimpa, gundah menjelma jika cinta tak dipelihara. Cinta pada Allah adalah cinta yang hakiki, cinta pada Allah adalah cinta yang sejati.
Wahai sodaraku, bersihkan diri gapailah cinta, cinta Ilahi...
Utamakanlah cinta pada-Nya, maka terjagalah amalan kita. Binalah selalu cinta Ilahi, niscaya hidup kita akan bahagia...

Cinta adalah nikmat dari Allah SWT yang membuat dunia menjadi tiada berkeping, lebih dalam dari lautan yang dalam, lebih tinggi dari angkasa membumbung. Berbahagialah yang dihidupkan hatinya dengan cinta, namun waspadalah yang dibutakan hatinya dengan cinta. Seindah-indah cinta adalah cinta kepada pemegang alam semesta, kepada Maha Mencitai yang tiada pernah terputus cinta-Nya, yang kekal cinta-Nya. Dia-lah Allah, Allah Yang Maha Agung, Maha Indah, Maha Penyayang, Maha Membela, Maha Pencinta.
Sodaraku, bahu-membahulah membangun cinta dengan para pencinta, cinta kebenaran, cinta Rosulullah SAW, cinta semata-mata kepada Allah SWT...

Sodaraku, hati kita sering terbeli oleh orang yang berbuat baik kepada kita. Timbulah cinta, cinta yang membuat kita ringan berbuat bahkan berkorban. Kita cinta kepada orang tua yang telah banyak memberi kebaikan, kitapun cinta kepada siapa saja yang membuat kita mendapatkan nikmat kebaikan. Tapi semua sumber kebaikan hanyalah dari ALLAH SWT, sedangkan makhluq hanyalah jalan nikmat yang Dia berikan kepada kita. Oleh karena itu, jikalau kita mau menumpahkan cinta maka cinta sejati kita adalah cinta kepada sumber kebaikan, sumber segala kenikmatan dan kebahagian yang sampai kepada kita, Dia-lah Allah Maha Pecinta, Dia-lah Allah yang layak kita cintai dengan sepenuh hati...

Jumat, 26 Maret 2010

Maksud Fitnah Terhadap Perempuan


Diantara fitnah hawa syahwat yang tidak jarang melemahkan keimanan seorang mukmin adalah fitnah wanita, sebagaimana disebutkan didalam firman Allah swt :

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاء

Artinya : “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita.” (QS. Ali Imran:14)

Artinya : “Sesungguhnya tipu daya kamu (wanita) adalah besar." (QS. Yusuf : 28)

Diriwayatkan dari Usamah bin Zaid dari Rasulullah saw bersabda,”Tidaklah suatu fitnah sepeninggalku yang lebih berbahaya bagi kaum lelaki daripada (fitnah) para wanita.” (Muttafaq Alaih)

Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan,”Didalam hadits ini disebutkan bahwa fitnah para wanita lebih berat dari fitnah-fitnah selainnya. Hal itu ditunjukkan pula oleh firman Allah swt :

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاء

Artinya : “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita.” (QS. Ali Imran:14)

Disebutkan didalam ayat itu bahwa mencintai wanita merupakan bagian dari kecintaan kepada syahwat, (ayat itu) diawali dengan para wanita sebelum jenis-jenis yang lainnya sebagai petunjuk bahwa para wanita adalah pokok dari fitnah itu semua. Sebagai bukti pula adalah kecintaan seorang lelaki kepada anak istrinya melebihi kecintaannya kepada anak selain dari istrinya… (Fathul Bari juz XIV hal 337)

Didalam riwayat Muslim dari Abu Said al Khudriy dari Rasulullah saw bersabda,”Sesungguhnya dunia itu manis lagi hijau. Sesungguhnya Allah menjadikan kalian sebagai khalifah diatasnya lalu Dia akan melihat bagaimana engkau beramal. Jagalah (diri) kalian terhadap dunia dan jagalah (diri) kalian terhadap wanita. Sesungguhnya fitnah yang pertama kali menimpa Bani Israil adalah wanita."

DR. Abdul Muhaimin Abdussalam Thahhan, Ustadz di Perguruan Tinggi I’dad al A’immah wa ad Du’ah mengatakan bahwa fitnah wanita pada masa sekarang ini jauh lebih berat daripada pada masa-masa lalu dikarenakan sebab-sebab berikut :

1. Banyaknya tabarruj (wanita-wanita yang berdandan), beragamnya sarana-sarana modern yang digunakan kaum wanita pada zaman ini untuk menambah daya tarik yang dahulu hal ini belum lah ada. Banyaknya pabrik-pabrik yang memproduksi berbagai perhiasan, minyak wangi, pakaian-pakaian wanita yang semakin menambah fitnah wanita terhadap kaum lelaki.

2. Tersebarluasnya ikhtilath (percampuran dalam pergaulan) antara pria dan wanita, para pemuda dan pemudi di berbagai sekolah, perguruan tinggi, kantor-kantor, departemen, sarana-sarana transportasi, kendaraan umum, club-club pertemuan, pesta-pesta, kolam renang, tempat-tempat hiburan dan sebagainya. Pada masa sekarang ini ikhtilath antara pria dan wanita jauh lebih luas dan banyak daripada masa-masa sebelumnya.

3. Perbuatan zina atau pergaulan seksual yang tampak demikian terbuka (terang-terangan) tanpa ada lagi rasa malu bahkan berbagai praktek perzinahan tampak di tempat-tempat umum di berbagai negeri non muslim.

4. Terbangkitkannya gairah seksual dikarenakan dorongan yang luar biasa dari berbagai media yang ada melalui program-program hiburan dan lainnya. (Min Mu’awwiqhoot ad Da’wah hal 70 -71)

Untuk itu hendaklah setiap wanita muslimah bisa menjaga dirinya didalam bergaul, seperti : menghindari khalwat dengan yang bukan mahramnya, ikhtilath dengan lelaki, tidak membagus-baguskan atau mengayun-ayunkan suara ketika berbicara dengan lawan jenisnya atau tidak berlenggak lenggok saat berjalan. Setiap wanita muslimah juga diharuskan menghindari dirinya dari berpakaian yang dapat mengundang fitnah dari kaum lelaki seperti : menampakkan auratnya, berbahan transparan, ketat, bercorak atau warna yang mengundang perhatian orang yang melihatnya, parfum atau lainnya.

Dan sudah seharusnya seorang wanita muslimah menggunakan pakaian khas wanita muslimah dengan jilbab dan pakaiannya yang menutup aurat serta menghindari berbagai perhiasan dan asesorisnya kecuali jika diperuntukan bagi suaminya.

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُل لِّأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاء الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِن جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَن يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا

Artinya : “Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzab : 59)

وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى

Artinya : “dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu.” (QS. Al Ahzab : 33)

Wallahu A’lam


Read more about Fiqhislam.com - Pustaka Muslim Indonesia by www.fiqhislam.com

Jumat, 19 Maret 2010

Dimasa-masa Tua


Disaat daku tua, bukan lagi diriku yang dulu,
Maklumilah diriku, bersabarlah dalam menghadapiku.

Disaat daku menumpahkan kuah sayuran di bajuku, disaat daku tidak lagi mengingat cara mengikatkan tali sepatu,
Ingatlah saat-saat bagaimana daku mengajarimu, membimbingmu untuk melakukannya.

Disaat daku dengan pikunnya mengulang terus menerus ucapan yang membosankanmu,
Bersabarlah mendengarkanku, jangan memotong ucapanku,
Dimasa kecilmu, daku harus mengulang dan mengulang terus sebuah cerita yang telah saya ceritakan ribuan kali, hingga dirimu terbuai dalam mimpi.

Disaat daku membutuhkanmu untuk memandikanku,
Janganlah menyalahkanku, ingatkah dimasa kecilmu,
Bagaimana daku dengan berbagai cara membujukmu untuk mandi?

Disaat daku kebingungan menghadapi hal-hal baru dan teknologi medern,
Janganlah menertawaiku, renungkanlah bagaimana Daku dengan sabarnya menjawab setiap "mengapa" yang engkau ajukan disaat itu.

Disaat kedua kakiku terlalu lemah untuk berjalan,
Ulurkanlah tanganmu yang muda dan kuat untuk memapahku
Bagaimana dimasa kecilmu, daku menuntunmu melangkahkan kaki untuk belajar berjalan.

Disaat daku melupakan topik pembicaraan kita,
Berikanlah sedikit waktu padaku untuk mengingatnya
Sebenarnya, topik pembicaraan bukanlahhal yang penting bagiku, asalkan engkau berada disisiku untuk mendengarkanku, daku telah bahagia.

Disaat engkau melihat diriku menua, Janganlah bersedih!
Maklumilah diriku, dukunglah daku
Bagaikan daku terhadapmu disaat engkau mulai belajar tentang kehidupan.

Dulu, daku menuntunmu menapaki jalan kehidupan ini. Kini, temanilah daku hingga akhir jalan hidupku.
Berilah daku cinta kasih dan kesabaranmu.
Daku akan menerimanya dengan senyuman penuh syukur.
Di dalam senyumku ini, tertanam kasihku yang tak terhingga padamu.


"Walaupun seseorang telah melakukan beribu-ribu kebajikan, tetapi tidak melakukan bakti kepada Ibu dan Ayah, kebajikannya hanyalah sia-sia belaka."

Rabu, 10 Maret 2010

Siapkah kita?


Semua harus Anda lakukan dengan cepat sebelum kiamat akhirnya benar-benar datang dan menutup kesempatan untuk bertobat


Sampai kapan pun, manusia tidak akan dapat mengungkap tabir rahasia terjadinya kiamat. Karenanya, yang menjadi inti permasalahan ketika kita berbicara kiamat adalah sudah siapkah kita dengan berbagai perbekalan untuk menjalani hari-hari setelah kiamat di akhirat?

Kita boleh ngeri, merinding, dan takut mendengar ayat dan keterangan tentang kiamat. Namun demikian, hal tersebut hendaknya ditindaklanjuti dengan usaha untuk mempersiapkan diri kalau-kalau hari itu datang lebih cepat dari yang kita perkirakan.

Ya, bukankah kiamat bisa datang detik ini, menit ini, jam ini, hari ini, minggu ini, bulan ini, atau tahun ini? Sebelum hari itu datang, mari kita bertanya pada diri sendiri beberapa pertanyaan berikut ini.

Sudahkah kita mengerjakan semua perintah-Nya?

Ya, mumpung kiamat belum datang, kita harus sudah mampu meluruskan syahadat ketauhidan yang menjadi landasan keimanan kita kepada Allah dan Rasul-Nya. Kita harus sudah menempatkan Allah di atas semua kepentingan kita atas kebutuhan duniawi.

Kita harus sudah bisa berhenti sejenak dari aktivitas kerja ketika mendengar seruan adzan dan bergegas ke masjid untuk menunaikan shalat Dzuhur. Shaum sunah harus sudah menjadi ibadah rutin yang selalu kita kerjakan selain shaum wajib. Harta yang kita miliki sudah harus membawa manfaat bagi fakir miskin yang ada di sekitar kita. Berhaji harus sudah menjadi kerinduan meski kita belum diberi kesempatan untuk datang memenuhi panggilan-Nya.

Sudahkah kita menjauhi semua larangan-Nya?

Ya, sudahkah kita bertobat dari dosa-dosa besar yang kita lakukan? Tentu saja, kita juga harus segera bertobat dari dosa-dosa kecil karena ia akan membesar juga kalau tidak segera ditobati. Mungkin orang tidak akan mengetahui segala dosa yang telah kita perbuat.

Namun demikian, Allah tidak pernah tidur dan kita tidak bisa mengelabui-Nya barang sedetik pun. Jadi, tidak ada alasan untuk kita menunda tobat atau pun mangkir dari pertobatan yang sudah seharusnya kita laksanakan.

Sudah ikhlaskah semua amal perbuatan kita?

Yakinkah kita bahwa semua amal perbuatan yang telah kita lakukan akan diterima di sisi-Nya. Sebuah keterangan menyatakan bahwa sebuah amal akan berbobot pahala manakala ia dilaksanakan dengan tulus ikhlas hanya mengharap ridha Ilahi.

Karenanya, akan tertolak dan sia-sia belaka semua amalan yang dilakukan atas alasan agar terlihat baik di mata orang tua atau mertua, agar dinilai sebagai suami yang baik di mata istri, agar dicap sebagai orang dermawan di mata tetangga, serta agar terlihat amanah di mata pimpinan.

Sudah mampukah kita melihat sisi baik dari semua ujian yang diberikan Allah?

Adalah manusia makhluk yang kerap mengeluh ketika ditimpa cobaan. Mereka kadang lupa bahwa cobaan yang Allah timpakan pada hakikatnya adalah ujian yang kalau mereka sukses melaluinya maka mereka akan naik ke kelas yang lebih tinggi lagi.

Bukankah Allah memberikan ujian tidak akan lebih berat dari takaran kemampuan hamba-Nya? Ya, hal itu dilakukan Allah karena rasa cinta kepada hamba-hamba-Nya. Jadi, tidak ada alasan bagi kita untuk mengeluh, terlebih menyalahkan Allah karena ujian yang tengah menimpa kita.

Sudah seberapa besar usaha kita mengajak orang lain untuk bersama-sama ke surga-Nya?

Bukankah Islam mengajarkan kepada kita untuk tidak egois dalam menikmati keindahan agama? Karenanya, kita disuruh untuk menyeru tentang keindahan Islam kepada lebih banyak orang. Dimulai dari keluarga, saudara, tetangga satu desa, satu kota, bahkan sampai masyarakat luas satu negara. Tidak ingin orang-orang tercinta masuk neraka, kita harus bersungguh-sungguh mengajak mereka menuju jalan-Nya hingga nanti dapat dikumpulkan di surga-Nya kelak.

Merasa masih belum melaksanakan semua ajaran Islam dengan baik? Jangan khawatir. Anda masih memiliki kesempatan untuk memperbaiki semua itu. Tentu saja, semua harus Anda lakukan dengan cepat sebelum kiamat akhirnya benar-benar datang dan menutup kesempatan untuk bertobat.

Selasa, 09 Maret 2010

Terapi Stres Dari Syariat Islam


Allah SWT tidak akan pernah memberi suatu masalah atau beban hidup diluar kemampuan kita, sebagaimana firman-Nya;

“Allah tidak akan memberikan beban hidup seseorang, melainkan menurut kadar kemampuannya.” (Q.S. Al-Baqarah 2 : 233).

Dalam Islam, stres merupakan penyakit jiwa yang perlu diobati dengan pendekatan yang tercantum dalam Al-Qur’an dan Hadits. Ada empat cara dalam menyembuhkan penyakit stres, antara lain;

Pertama, Tanamkan Jiwa Sabar.

Sabar, membuat seseorang selalu merasa tenang dan tenteram, hatinya selalu bersyukur terhadap nikmat yang diberikan oleh Allah SWT., sehingga orang-orang yang sabar hidupnya selalu merasa berkecukupan.

Dia tidak pernah meminta sesuatu yang bukan haknya, karena Allah SWT. akan memberikan balasan kepada orang-orang yang bersabar berupa kenikmatan surga, sebagaimana firman-Nya:

“Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik (surga) dari apa yang telah mereka kerjakan.” (Q.S. An-Nahl 16 : 96)

Sabar merupakan pondasi utama dalam menghadapi berbagaimacam ujian. Ujian yang menimpa diri kita harus dibarengi dengan positif thinking (berbaik sangka) kepada Allah SWT. Sebab dibalik ujian yang menimpa diri kita, tentu ada hikmah yang akan kita dapatkan. Oleh karena itu, Allah SWT menyatakan didalam firman-Nya,

“Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: ‘Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun’ (Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan hanya kepada-Nyalah kami akan kembali). Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Q.S.Al-Baqarah 2 : 155-157)

Hidup di dunia ini akan diwarnai oleh berbagai macam ujian. Setelah ujian yang satu dilaluinya maka akan dihadapkan pada ujian berikutnya, sampai berakhirnya kehidupan di dunia ini.

Stres merupakan tangga ujian untuk mengukur keimanan seseorang. Ketika seseorang stres, kemudian dia bersabar, maka dia telah melangkah satu tahap dalam menuju keimanan yang sempurna.

Kedua, Barengi dengan Rasa Syukur.

Setelah jiwa kita dipenuhi dengan kesabaran, maka barengilah dengan jiwa syukur. Karena, Jiwa yang sabar akan melahirkan manusia yang pandai bersyukur.

SYUKUR seringkali diartikan dengan "menggunakan nikmat Allah yang diterima sesuai dengan tujuan yang dikehendaki oleh-Nya”. Misalnya, nikmat harta harus diinfakkan, ilmu harus diamalkan, umur untuk ibadah dan sebagainya.

Syukur juga bisa berarti mengungkapkan keringanan hati lantaran kenikmatan yang diberikan Allah SWT., dengan cara taat melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Jadi, syukur punya makna yang luas.

Tidak sekedar getaran terima kasih dalam hati, mengucapkan dalam lidah atau mengadakan syukuran, tetapi yang lebih penting ialah memanfaatkan semua karunia Allah pada jalan yang diridhai-Nya. Misalnya, Allah mengaruniai akal kepada manusia, maka gunakanlah akal itu untuk berpikir, mempelajari hingga mampu membuahkan pemikiran-pemikiran yang baik dan benar.

Allah mengkaruniakan manusia anggota tubuh yang sempurna, maka harus dimanfaatkan untuk ibadah dan melakukan hal-hal yang berguna bagi kesejahteraan hidup. Allah SWT berfirman:

"…Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu...". (Q.S. Lukman 31 : 14).

Dalam salah satu haditsnya, Rasulullah saw bersabda, "Orang yang tidak mau berterimakasih kepada manusia, tentu tidak akan bersyukur kepada Allah."

Ketika kita stres karena banyaknya masalah yang kita hadapi, kemudian kita bersabar dan mensyukuri nikmat yang telah diberikan Allah kepada kita, maka insya Allah stres yang kita alami dapat disembuhkan, paling tidak dapat diminimalisir.

Ketiga, Bangun Jiwa Optimis.

Optimis adalah suatu sikap yang selalu berpandangan baik dalam menghadapi segala hal. Sikap optimis ini merupakan sikap yang sangat dianjurkan dalam Islam, sebagaimana firman-Nya,

”Janganlah kamu bersikap lemah (pesimis), dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamu adalah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman”. (Q.S. Ali Imran 3 : 139).

Sikap optimis haruslah mengalahkan pesimis yang bisa jadi menyelinap dalam hati kita. Untuk itulah jika ingin hidup sukses, kita harus bisa membangun rasa optimis dalam diri.

Optimis yang dihasilkan dari rasa tawakal inilah yang menjadikan Rasulullah SAW beserta sahabat mampu memenangkan peperangan yang tercatat dalam sejarah dunia, mulai dari perang Badar hingga peperangan di masa kekhalifan Islam sampai berabad-abad lamanya.

Karena itu, optimisme adalah kemampuan untuk percaya bahwa hidup memang tidak mudah, tetapi dengan upaya baru, hidup akan menjadi lebih baik. Optimisme adalah kemampuan melihat sisi terang kehidupan dan memelihara sikap positif yang realistis, bahkan dalam situasi sulit sekalipun.

Optimis berarti berusaha semaksimal mungkin dalam mencapai target atau standar yang ideal.

Keempat, Panjatkan Doa Setiap Saat.

Yang paling penting dalam mengatasi stres (beban hidup) adalah memperbanyak doa. Karena doa merupakan kekuatan yang Maha Dahsyat, yang mampu menyelesaikan setiap permasalahan hidup. Dalam Al-Quran, Allah SWT telah mengajarkan kepada kita tentang doa dalam mengatasi masalah, yaitu;

لا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلا وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلا تُحَمِّلْنَا مَا لا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ



"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat (stres) sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma`aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir." (Q.S. Al-Baqarah 2 : 286)

Inilah empat amalan yang perlu kita amalkan ketika dihadapkan pada permasalahan hidup. Wallahu A’lam.

Kamis, 04 Maret 2010

Untukmu Akhwat


Seorang wanita sempurna seperti setangkai mawar berduri. Dan kesempurnaan mawar adalah pada durinya. Semua kisah,puisi,syair dari klasik hingga postmodern memberi tajuk ‘mawar berduri’ untuk gambaran kesempurnaan bunga. Namun terkadang orang menganggap duri pada mawar menganggu, merusak bahkan mengurangi keindahan kelopak mawar. Padahal justru dengan duri itulah setangkai mawar jadi sempurna, terjaga, terlindungi, tak dipetik sembarang orang.

Mawar adalah wanita, sedangkan duri pada mawar adalah aturan yang melekat dari Allah bagi seorang wanita. Banyak orang mengatakan aturan yang Allah buat untuk wanita, mengekang,sulit jodoh hingga sulit mendapatkan pekerjaan. Padahal seperti duri pada mawar justru aturan itu yang melindungi, menjaga dan membuat seorang wanita mulia. Seperti duri yang jadi penyempurna mawar. Maka aturan Tuhan yang menjadi penyempurna wanita. Dan jika mawar berduri adalah mawar sempurna. Pastinya, wanita dengan aturan yang melekat dari Tuhannya pula wanita yang sempurna.

Seorang wanita sempurna seperti mawar berduri di tepi jurang. Bukan mawar di tengah taman. Jika mawar ada di tengah taman cenderung semua tangan bisa memetiknya, dari orang biasa hingga orang kurang ngajar yang nekat memetik walaupun ada tulisan “Dilarang Memetik Bunga”. Walau ada larangannya orang tetap berani memetik toh dibawah tulisan larangan itu hanya tertulis ancaman “denda sekian puluh ribu rupiah atau kurungan sekian bulan”. Tapi jika ada di tepi jurang tentu tak semua tangan berani menyentuhnya.

Maka wanita, tumbuhlah di tepi jurang. Hingga tak sembarang tangan lelaki bisa mencolekmu. Hingga jikapun suatu saat ada seorang lelaki memetikmu. Pastilah lelaki yang paling berani berkorban untukmu. Bukan sembarang tangan, bukan sembarang orang, bukan sembarang lelaki. Karena wanita bukanlah barang murah yang boleh disentuh seenaknya. Bukan barang hiasan yang bisa dipetik dengan ancaman kecil.

Dan setelahnya tak ada yang lebih indah dari mawar berduri di tepi jurang, bagi seorang lelaki berani. Seorang wanita dengan aturan dan “keterasingan” lah yang menarik minat lelaki peradaban. Tapi bagi lelaki pecundang, tentu mengambil mawar tak berduri di tengah taman lebih diinginkan. “lebih sedikit resiko” begitu kata mereka yang kalah.
Lalu terserah anda para wanita, Apakah anda berharap tangan pemberani atau hanya tangan para pecundang yang menyentuh Anda?

Rasulullah bersabda (yang artinya), "Sesungguhnya Islam pertama kali muncul dalam keadaaan asing dan nanti akan kembali asing sebagaimana semula. Maka berbahagialah orang-orang yang asing (alghuroba')."(hadits shahih riwayat Muslim)

Disaat hidayah Allah berikan, setelah seorang wanita berkata ingin menjadi mawar sempurna di tepi jurang. Dengan langkah awal menutup sempurna aurat, sesaat setelah mendengar kisah tadi. Subhanallah, jaga kami semua dalam hidayahMu Ya Rabb...